Wednesday 27 April 2016

Happy Sweet Seventeenth
Di barisan pertama ini biarkan Axa mengucapkan Selamat Tumbuh dan Berkembang untuk Kota Tercinta, Kota Kelahiran, Kota tempatku menghabiskan masa-masa indah maupun kelam, Dirgahayu Kota Depok ke – 17.
Untuk memperingati hari luar biasa ini, di Balaikota Depok mengadakan beraneka ragam festival. Pameran busana, seni, hewan, kuliner, komunitas, dll. Tadi pagi mama sempet nyuruh Axa untuk main ke Balaikota Depok siang ini, supaya turut bergembira atas ulang tahun Kota kami. Tapi karena waktu yang kurang cocok, Axa hanya bisa turut berbahagia lewat tulisan ini.
Ulang tahun bagiku adalah hari dimana kita berbahagia dan merenung. Apa-apa saja yang sudah kita lakukan dan yang harus segera dilakukan. Sudah seberapa jauh kita melangkah dan berapa jauh lagi kita harus mengejar. Terlepas itu ada lilin yang bisa kita tiup sebelum make a wish atau tidak, harapan dan doa harus tetap ada.
Aku cinta Kota ini, bukan berarti aku harus datang ke Balaikota sebagai bukti turut berbahagiaku. Ah tidak.. tidak.. Axa sama sekali tidak benci apalagi dendam dengan tempat itu. Balaikota menyimpan sejarah luar biasa bagi Axa, bagi kami.
Balaikota itu saksi bisu kami harus jarang datang ke sekolah. Tempat belajar kami menjadi lapangan rumput hijau, terik matahari, berkucuran keringat, harus lari tengah hari bolong, menyanyi lagu ceria dengan suara lantang, harus tersenyum setiap saat, makan minum susu dan buah secepat kilat, habis makan guling-guling di tengah lapangan, push up ratusan dengan batako merah dan pasir di dalam tas kami, harus diam-diam memuntahkan lauk makan siang saat istirahat solat, yang non muslim menjaga sepatu dan menghitung jumlah batu hias di pelataran masjid BaitulKamal, pipi kami dijepit dengan penjepit jemuran karena lupa pasang senyum saat manuver, Ahhh semua itu selalu ada diingatanku, bersama 21 orang Putra & 20 orang Putri, teman kesayangan saat itu.
Hingga masuk ke bulan Ramadhan, kami di Asrama. Harus makan sahur dengan kemeja kotak dan sepatu pantopel. Duduk dengan tegak tanpa suara sedikitpun. Habis sahur harus segera siap dengan baju PDL, lari bersama pasukan tentara, kembali ke barak untuk siap-siap diangkut tronton menuju Balaikota Depok (setiap hari). Panas terik dan puasa, kami tetap ditempa di lapangan rumput hijau, berbaris.
Harus mandi di kamar mandi terbuka bersama 20 teman perempuan lainnya, yang sudah kuanggap saudara saat itu, karena 5 bulan melewati masa susah senang bareng. Tidur di barak bersama-sama, kasur, lemari, jemuran yang seragam. Ah semua serba seragam, hingga warna pakaian dalam kami saat pengibaran, semua pakaian itu sudah disediakan apik diatas tempat tidur asrama saat kami pulang dari Balaikota, pakaian kebanggan kami, sampai kapanpun.
Setiap hari kami panas-panasan, tapi kulit kami nggak boleh rusak, begitu kata pelatih kami. Makanya beberapa hari sebelum Kemerdekaan RI tahun 2010, kami maskeran bareng di asmara, hehehe.
Sore keakraban 18 Agustus, kami harus berpisah, masa tugas usai. Kami dipulangkan ke sekolah masing-masing setelah 5 bulan ditempa bersama. Tangis tak terbendung. Kalian sudah tak nyata di hidupku, tapi di hati ini kalian tetap ada, 2010.
Itu sedikit cerita kisah cinta Axa dengan kota Depok, bagaimana kisah cintamu dengan kota tempat tinggalmu, guys?
By The way, perjalanan ke Kerinci tinggal 6 hari lagi, entah sudah seberapa persiapan Axa. Axa ada rasa takut dan gak pede, manusiawi kan yah rasa takut. Semoga perjalanan kami lancar dan menyenangkan.

Saat bekerja/mencari uang anggaplah seperti kita akan hidup 1000 tahun lagi, tapi ketika mendaki gunung, selalu anggaplah itu menjadi pendakian terakhir. ~Axa, with Love~ 

Tuesday 19 April 2016

Beberapa Pelajaran Hidup di Pekan Menyebalkan

Axa selalu meng-amin-kan bahwa seluruh kejadian di dunia ini netral bagi semesta. Nggak ada keberuntungan, juga nggak ada yang namanya Sial. Bagi semesta semua kejadian netral, kita sendiri lah yang melakukan judgement atas kejadian tersebut. Makanya Axa sebagai manusia menjudge minggu ini merupakan minggu yang kurang baik (bagiku).
Apa kubilang, pelajaran hidup itu ada dimana mana. Tak menutup kemungkinan di media sosial yang nggak begitu favorit bagi kita. Kadang hanya quotes asal ketik, numpang lewat, bikin kita merenung, bahkan semalaman nggak bisa tidur.
Contohnya, beberapa detik lalu iseng scroll recent update bbm. Salah satu temanku, seorang pria pecinta alam, bahkan mungkin ia seorang pengabdi alam juga, melihat kontribusi ia diberbagai kegiatan perlindungan alam, rehabilitasi, dll. Axa senang dengan nama panggilan dia yang hanya 3 huruf itu. Ah tak penting lah ya, ndak ada hubungannya dengan quotes dia beberapa detik lalu. Hehe
Ini yang dia tulis, “Meminta maaf tak membuktikan kesalahan apapun, hanya saja kita menunjukan siapa yang lebih mengerti situasi yang ada, yang sedang terjadi”
Axa pernah ngepost tentang power of Maaf kalo ndak salah. Tapi baru dapet kalimat tersebut dari quotes temenku itu. Terima kasih sudah tanpa sadar menambahkan bendahara kalimat untuk barisan tulisan, untuk paragraf tak berarti yang Axa tulis demi membunuh waktu.
Dari quotes tentang Maaf itu, Axa sangat appreciate terhadap ucapan maaf, semoga kita semua termasuk orang-orang yang menghargai arti maaf, Bukan yang sekedar mengucap Maaf hanya demi ‘Supaya Cepet Kelar Masalah’. Bukan seperti itu, tapi permintaan maaf yang mengartikan kita mengerti kondisi yang terjadi, dan diiringi Maaf itu sendiri.
Pelajaran hidup kedua di minggu ini berawal dari kaki kiri yang sempat bolong, jatuh dari kereta commuter line Selasa lalu. Ditambah keesokan harinya lagi bawa motor pelan, tiba-tiba ditabrak taksi dari belakang. Hmm, motor tua yang malang. Dua hari yang malang buatku. Ah mungkin aku perlu cerita ke Ayah. Dengan lemas Axa mengarahkan motor beat tua ini ke Pepaya buat ketemu ayah dan cerita kejadian dua hari ini.
“Yah, semalam di stasiun UI Tha kehilangan sadar yah, oleng, jatoh kelempar dari kereta sampe ke peron, pas dicek kaki kirinya ada masalah sedikit, hehe. Ehhh barusan lagi bawa motor pelan gitu ditabrak taksi yah, ya ampun”
Yunno, bokap jawab apa? “Wih, kayaknya kurang dzikir tuh, makanya dimana-mana dzikir terus, ayah juga kalo lagi bawa kendaraan kelupaan dzikir ada aja yang kejadian nggak enaknya, di kereta juga daripada bengong harusnya dzikir terus, yakin deh dilindungin”
“Hmm, iya kayaknya ya. Kebetulan kemarin malem teh lemes banget balik dari rumah sakit dharmais, macet-macetan di transjakarta pula”
“iya, dibanyakin dzikirnya”
Hehe, ngerti kan apa pelajarannya.
Ada lagi nih pelajaran yang tersirat minggu ini, Axa lagi scroll timeline, lalu ngeliat ada followernya mas Alitt yang ngebahas soal Maria. Pikiran Axa langsung terbang ke cara pandang Maria. Apalagi kata-kata dia soal hobi, “nggak apa-apa uang kamu habis buat hobi, tapi pastikan hobi kamu itu bikin semangat buat kamu ngumpulin uang lagi, yang udah kamu habiskan buat hobi-hobi kamu itu”
Axa jadi kepikiran soal trip yang tinggal menghitung hari. 3 tahun ini, tiap bulan Mei ada trip yang perlu perhatian lebih karena ngeluarin uang tidak seperti tamasya standar. Nggak tau deh bagi orang lain mah, yang jelas bagi Axa nominal buat jalan-jalan Mei ini cukup cukup luar biasa. Dan dari nasehat tersirat kak Maria tsb, bikin Axa janji ke diri sendiri untuk melipatgandakan semangat setelah perjalanan Mei besok.
Janji ke diri sendiri untuk cari kerja lagi, menyusun semangat lagi, karena untuk sesuatu yang luar biasa (untuk hal ini hobi), kadang kita perlu berkorban lebih dari biasanya (untuk hal ini uang dan pekerjaan).
Kemarin Cici Odel (Tri jayanti) sempet ngeluh soal time-table dia yang berantakan, skripsi, meet up, dll. Kata dia nggak sesuai rencana awal. Axa cuma bisa ngefeedback “kalo bisa ditebak, bukan hidup namanya, tapi harus selalu bikin rencana” Soal di approve atau nggak sama tuhan, urusan belakangan. Dan lagi sebagai manusia harus selalu siap kalo proposal kita gak di approve sama tuhan, siap mental, dan siap strategi lain. Ajukan lagi, kalo gak di approve juga, bikin lagi proposal revisi, begitu terus sampe ketemu klik-Nya.
Belajar memaafkan diri sendiri saat ngalamin kegagalan juga. Maafin diri sendiri bukan berati kita nyerah kok. cuma kita tahu posisi dan kapasitas diri kita aja.

Selamat siang~

Wednesday 13 April 2016

Bualan Wanita
~ Kata orang, Wanita tak perlu memohon untuk dicintai..
Itu pastilah bohong!!
~ Kata orang, Wanita tak perlu merendah untuk diterima..
Itu pastilah bohong!!
~ Kata orang, Wanita tak perlu berteriak untuk didengarkan..
Itu pastilah bohong!!
Axa nggakk percaya quotes semu seperti di atas, kalimat-kalimat semu itu hanya bualan, kalimat-kalimat itu hanya penghibur, ndak berlaku untuk semua wanita!! Hmm, atau jangan-jangan Axa yang memang bukan sepenuhnya Wanita.
Yang layak disebut wanita apa hanya mereka yang cantik? Apa hanya mereka yang bertubuh ideal? Apa hanya mereka yang pandai berdandan? Apa hanya mereka yang kulitnya putih bersih bercahaya? Apa hanya mereka yang bersuara indah? Lalu nasip ciwik-ciwik eres-eresan kayak Axa gini apa kabarnya? Ahh, berbahagialah kalian para wanita sepenuhnya =(
Setiap sore hari di group Wanita Gunung ada sesi setor quotes. Sebagai humas, Axa bertugas menentukan tema quotes harian 33 cewek-cewek ini. Daaaannn, karena males mikir jadilah tema quotes sore tadi ‘Wanita’, lalu ka Rinda ngelempar quotes tersebut. Nggak semua quotes bakal ngasih efek ke si Pembaca. Tergantung latar belakang dan kondisi hati pembaca. Kebetulan quotes ka Rinda langsung ngegampar, mencabik-cabik, memporak-porandakan isi hati Axa, mau bilang nggak setuju sama ka Rinda, tapi di group nggak ada sesi debat.
Silakan aja sih kalo mau discuss, tapi Axa sangat gak tertarik menyatakan ketidaksetujuan akan quotes tersebut. Mungkin ka Rinda ngasih quotes yang sesuai sama dirinya. Mungkin karena dia Wanita seutuhnya yang Axa sebut tadi, ia cantik dan layak disebut Wanita, jadi dia nggak merasa terganggu dengan quotes tsb. Mungkin dia tak butuh berteriak untuk didengar, mungkin dia tak butuh memohon untuk dicintai, mungkin dia tak butuh merendah untuk diterima.
Axa hanya perlu menjadi sosok openmind dari setiap pernyataan, dari setiap sudut pandang. Karena emang setiap orang ngalamin hal yang berbeda. Wanita mana yang tak ingin dicintai? Wanita mana yang tak ingin diterima? Wanita mana yang tak ingin didengarkan?
Semoga kebahagian semacam wanita-wanita di luar sana bersedia mampir sebentar ke hidup Axa. Supaya Axa tahu gimana bahagianya jadi wanita seperti di quotes tersebut. =)
Untuk tema quotes besok, mungkin Axa akan pilih tema Setia. Karena Setia, sejatinya itu tidak terjadi secara alami, setia itu bukan ekspresi hati, setia itu tindakan. Karena Setia itu bukan karena ‘we have no choice’. Karena Setia itu bukan untuk disuara lantangkan, tapi untuk dinikmati sensasinya sendirian. Nanti Axa cerita lagi yah, kalo ada quotes temen-temen WG yang ngegampar hati.
Kepada detik yang tak bersedia berhenti meski hanya sedetik, ketahuilah aku hanya takut menua tanpa harapan. Selamat Senja. =)
 

Iftitah Axa Template by Ipietoon Cute Blog Design