Onna
Dulu ayah pernah bilang, mungkin
secara fisik perempuan lebih lemah dan lebih butuh proteksi, tapi kalo segi
perasaan kaum perempuan unggul, lebih tegar dan kuat. Sedangkan kaum pria
sebaliknya, secara fisik kaum pria lebih tangguh, tapi perasaan pria jauh lebih
rentan dan sensitif. So, kalo perempuan butuh proteksi secara fisik dari pria,
maka perempuan juga harus sadar untuk ngejaga perasaan pria. Sound Balance!!
Meskipun kata mas Alitt, cinta itu
bukan rumus matematika, kenapa kita harus cari keseimbangan di dalamnya. Bagiku
berusaha balance itu perlu, apalagi buat hubungan dewasa, yang bukan lagi
saling kejar, bukan mengejar dan dikejar. Bukti cinta seorang yang dianggap
dewasa (at least imho) adalah yang saling sepakat, yang saling komunikasi, kompromi,
tidak saling menyulitkan, transparan, terbuka, dewasa lah pokoknya. (But,
selalu ingat dewasa bukan tentang usia, dewasa adalah tentang mental, tentang
pola pikir, tentang pengambilan keputusan)
Yunno lah ya kalo anak abege labil,
misalnya kalo ada masalah sama pasangan atau kalo kangen susah untuk
mengutarakan, cenderung mempertahankan ego masing-masing, mempertahankan gengsi
masing-masing. Tapi kalo dewasa, seharusnya gak ada lagi ego dan gengsi, bahkan
kalo bisa saling ngasih asupan ego ke rekannya, kalo memang perlu.
Mungkin agak aneh postingan tentang
relationship ini, karena jarang Axa nulis beginian. But, tanggung jawab sebagai
alumni (anak didiknya HS), Axa gak mau bikin hal itu mubazir. Jadilah Axa komit
ke diri sendiri untuk sesekali (kalo lagi sempet), ngulang lagi postingan semacam
ini untuk pengingat diri sendiri, juga untuk share apa-apa aja yang Axa dapet
dari koko Kei dan koko Lex, juga dari temen-temen HS tentunya.
Ah, sempet-sempetnya Axa bikin
tulisan serius begini siang hari, disela-sela kepelikan kerjaan, padahal
kerjaan sedang numpuk. Hari ini ada beberapa calon karyawan yang harus di
interview, jadi mood harus dibuat se-semangat mungkin, supaya suasananya enak.
Kalo kita lebih sering ngerasa bosen sama kerjaan kita, yakinlah kesalahan
bukan pada kerjaan, tapi diri kita sendiri, ada yang salah sama diri kita, coba
direnungi lagi.
Kalo nyari tempat kerja yang cocok
dan menyenangkan bahkan sempurna buat kita, itu juga sulit. Jadi bagaimana
kitanya aja yang sebisa mungkin jadi pribadi yang seperti tunas pohon kelapa, bisa
tumbuh dan survive di medan apapun, cieeee pesan moral. Hehe
Beberapa temen di Cileungsi nanya
pendapat tentang suasana kerja di cls, dari sudut pandang Axa yang sudah
bukan bagian dari mereka. Jadi akan terdengar netral mungkin yah.
Sejujurnya disana suasana kerja yang cukup ideal (imo). Rekan-rekannya,
disiplinnya, organisasinya, dan berbagai hal lain disana bagi Axa cukup rapi
dan ideal. Kata Fazlur Jamal Rahman alias Ajunk, kubus itu ada sisi dalam dan
sisi luar, saat kamu di dalamnya, ya sulit lah kita bikin penilaian dari sisi
luar kubus tersebut, hanya bisa menerka-nerka. Tapi saat kita ada di bagian
luar sisi kubus itu, kemungkinkan untuk melihat kubus itu dari segala sisi,
lebih mudah dilihat, dinilai.
Mungkin karena baru beberapa bulan
di Bogor, jadi Axa belum dapet smoothnya. Belum tau cara menyiasati kepelikan
kerjaan, belum bisa ngerecovery ketika semangat mulai luntur, mungkin soal
waktu. Bismillah aja, kerja buat survive di bumi ini.
betol kerjaan jangan suka di pusingin lakonin aja
ReplyDeleteketika remaja tumbuh cinta dengan nafsu birahi sehingga banyak tak terkendali..
ReplyDeletebeda sama orang dewasa cinta di iringi dengan rasa sehingga timbul ingin memiliki bukan menikmati..
ReplyDelete