Saturday 2 January 2016

Analogi Sederhana
Axa punya adik kesayangan, namanya Natasha Audrie, dari kecil kami deket banget, dia adalah adik terhebat, yang memberi warna hari-hariku dulu, dan yang berhasil bikin Axa suka sama kucing, hehe. Setiap sore Axa ajak Tasha jalan-jalan naik motor keliling gak jelas. Tapi 5 tahun ini kami lost contact, Tasha-ku hilang. Tapi belakangan ini Axa sudah kembali tahu kabarnya. Dia tumbuh menjadi gadis cantik, yang baru saja memulai studi D3 nya di Universitas Padjajaran Bandung, jurusan komunikasi. Satu minat bidang studi denganku. Tasha tidak perlu tahu kakaknya amat merindukan dirinya, yang penting doaku sampai dengan apik, semoga dimanapun ia selalu dilimpahkan kebaikan, aamiin.
Pagi ini Axa lagi merenung, tentang apa fungsi naik gunung. Salah satu jawaban is, kalau berenang di gor atau membaca novel adalah refreshing, maka naik gunung –pun adalah refreshing. Namun, refreshing skala besar, selesai.
Karena efek refreshener-nya ampuh lebih lama. Then, kenapa setiap manusia harus refreshing?
Itu salah satu sebab kenapa tiba-tiba Axa teringat pertanyaan polos Tasha, mungkin sekitar 8 tahun lalu.
“Ngapain sih piring harus di cuci, nanti kan juga dipakai lagi, kotor lagi kan mi?” Tanya Tasha polos kepada mami-nya (tante Evie) yang lagi nyuci piring.
Tante Evie berusaha menjawab dengan analogi sederhana. “Loh, baju kamu juga kenapa mami cuci? Kan nanti kamu pake kotor lagi, hayo? Atau sekalian aja, ngapain kamu mami kasih makan? Toh nanti laper lagi kan?”
Axa yang mendengarnya tak kuasa menahan tawa. Hingga kini, analogi-analogi sederhana macam itu tetap Axa aamiin-kan. Dan sekarang akan Axa terapkan untuk pertanyaan ‘kenapa manusia butuh refreshing?’
Ibaratkan jiwa manusia adalah piring atau baju atau mungkin bisa diibaratkan perutmu sendiri. Piring/baju harus di cuci setelah dipakai, untuk kita pakai lagi pada hari-hari berikutnya. Perutmu yang sudah dikasih makan –pun akan tetap kamu kasih makan supaya kita tetap hidup.  Begitu –pun jiwa kita yang perlu dicuci, di refresh. Mungkin Tasha akan tanya, “kenapa harus di refresh jiwa kita kak? Toh nanti pas selesai liburan, masuk kerja/ngampus lagi, stress lagi toh?” hehehehehe haduh.
Ya jelas pasti stress lagi pas masuk kerja, sama kayak piring, kotor lagi pas dipake makan. Dan memang begitu kodrat sebuah piring, kotor-cuci-kotor-cuci. Kodrat manusia stress-refresh-stress-refresh.
Itu dah jadi sebuah alur, hingga nanti besok lusa.
Kita sering liat di bbm kan ada yang bilang, “Kamu ribet banget ngurusin hidup orang, mungkin kamu kurang piknik!!” Nah, get it yea?? Kenapa ada orang yang rese sama hidup oranglain lantas dikaitkan dengan kurang piknik/kurang refreshing? Karena orang yang malas me-refresh dirinya bisa kita analogikan seperti orang yang males nyuci piring bekas makan dia sendiri. Bayangin betapa joroknya tuh orang. Dan bisa kamu bayangkan betapa tulusnya orang yang rajin refreshing di kehidupan nyata? Makanya Axa sama cici sering iri sama pasangan Mba Rika dan Bang Docae yang bisa mengatur jadwal refreshing dengan baik, kebayang lah gimana ‘bersih’ nya jiwa mereka. Bikin iri :’)
Tapi bukan berarti jiwa kita harus refreshing terus lah. Sama kayak piring, ada saatnya dipake, ada saatnya di cuci, ada saatnya ditaro aje di rak. Begitupun jiwa kita. Supaya jiwa kita sehat, senantiasa positif thinking, berarti kita mesti tau kapan jiwa kita udah jadwalnya dicuci, di refresh, di maintain. Karena hidup ini hanya soal bertahan, survive. Tapi buatlah proses bertahan itu membahagiakan, menyenangkan, seru, penuh gairah, dan bermanfaat buat orang lain.
Oke, satu pertanyaan mengapa harus refresh, terjawab. Muncul lagi pertanyaan baru. Sama seperti hidup, selalu ada pertanyaan baru, tantangan baru, masalah baru. Gak akan selesai sampai kapanpun. Selalu-Ada-Pertanyaan-Selanjutnya.
And, the next question is, kenapa gunung yang dipilih? Untuk menjawab pertanyaan yang satu ini, Axa dibantu oleh Om Ridwan Kamil (Walikota Bandung) melalui twitternya kemarin, “Semua bisa diperdebatkan di dunia ini, kecuali selera” Jawaban singkat, deeply, mematikan.
Gimana gak mematikan? Apapun pertanyaan, akan berakhir disitu, S-E-L-E-R-A.
Misalnya gue dan Khansa yang nanya ke Alin, “Aneh, kenapa gak doyan keju sih, itu kan enak banget” atau Axa nanya Faris “Kok lo gak doyan susu sih ris?”, atau nanya abang “kok gak doyan daging sih bang?” atau mama nanya Axa “kenapa axa gak doyan ikan?” atau pertanyaan “kenapa Axa ngefans banget sama Ahok dan Ridwan Kamil?” atau kalo ada orang rese yang nanya-nanya kita “kok lo suka sama dia sih, dia kan begini/begitu?” semuaaaa pertanyaan itu bisa kamu cut pake jawaban “Selera, bro” Sebetulnya semua pertanyaan punya jawaban yang detail, tapi apa perlu itu diperdebatkan kalau fungsinya hanya untuk membunuh waktu? Rasanya nggak.
Kalo ada yang memperdebatkan selera, mungkin patut dipertanyakan jangan-jangan orang yang banyak tanya itu gak punya selera sama sekali hidupnya, mungkin dia nonton apapun tanpa di filter, mungkin dia doyan makan apapun sekalipun tanpa dimasak, mungkin dia menjalankan instruksi apapun tanpa difilter, it’s too flat or horror maybe.
That’s why Axa gak pernah mau maksain kehendak orang, misalnya abang pertama Axa yang hobi main boomerang, atau abang kedua Axa yang hobi memanah, Axa suka pantai, dan mau liburan ke pantai, Axa ajak abang-abang Axa, tapi mereka gak selera, lantas mau gimana? Jangan dipaksa. Semua tentang selera. Sama halnya dengan tidak memaksakan untuk menggapai hati seseorang. Haduh, jadi baper. Mari kita sudahi obrolan ini untuk meminimalisir baper, gaes haha.
Di 2016 mari kita ubah BaPer (Bawa Perasaan) manjadi BaPer (Bawa Perubahan). Makin semangat kerjanya, lancar kuliahnya, makin menyehatkan aktivitasnya, makin baik komunikasinya, makin terarah mimpinya, aamiin. Doa Axa menyertai kalian semua.
 New Year is New You!!

0 comments:

Post a Comment

 

Iftitah Axa Template by Ipietoon Cute Blog Design