Tuesday 19 April 2016

Beberapa Pelajaran Hidup di Pekan Menyebalkan

Axa selalu meng-amin-kan bahwa seluruh kejadian di dunia ini netral bagi semesta. Nggak ada keberuntungan, juga nggak ada yang namanya Sial. Bagi semesta semua kejadian netral, kita sendiri lah yang melakukan judgement atas kejadian tersebut. Makanya Axa sebagai manusia menjudge minggu ini merupakan minggu yang kurang baik (bagiku).
Apa kubilang, pelajaran hidup itu ada dimana mana. Tak menutup kemungkinan di media sosial yang nggak begitu favorit bagi kita. Kadang hanya quotes asal ketik, numpang lewat, bikin kita merenung, bahkan semalaman nggak bisa tidur.
Contohnya, beberapa detik lalu iseng scroll recent update bbm. Salah satu temanku, seorang pria pecinta alam, bahkan mungkin ia seorang pengabdi alam juga, melihat kontribusi ia diberbagai kegiatan perlindungan alam, rehabilitasi, dll. Axa senang dengan nama panggilan dia yang hanya 3 huruf itu. Ah tak penting lah ya, ndak ada hubungannya dengan quotes dia beberapa detik lalu. Hehe
Ini yang dia tulis, “Meminta maaf tak membuktikan kesalahan apapun, hanya saja kita menunjukan siapa yang lebih mengerti situasi yang ada, yang sedang terjadi”
Axa pernah ngepost tentang power of Maaf kalo ndak salah. Tapi baru dapet kalimat tersebut dari quotes temenku itu. Terima kasih sudah tanpa sadar menambahkan bendahara kalimat untuk barisan tulisan, untuk paragraf tak berarti yang Axa tulis demi membunuh waktu.
Dari quotes tentang Maaf itu, Axa sangat appreciate terhadap ucapan maaf, semoga kita semua termasuk orang-orang yang menghargai arti maaf, Bukan yang sekedar mengucap Maaf hanya demi ‘Supaya Cepet Kelar Masalah’. Bukan seperti itu, tapi permintaan maaf yang mengartikan kita mengerti kondisi yang terjadi, dan diiringi Maaf itu sendiri.
Pelajaran hidup kedua di minggu ini berawal dari kaki kiri yang sempat bolong, jatuh dari kereta commuter line Selasa lalu. Ditambah keesokan harinya lagi bawa motor pelan, tiba-tiba ditabrak taksi dari belakang. Hmm, motor tua yang malang. Dua hari yang malang buatku. Ah mungkin aku perlu cerita ke Ayah. Dengan lemas Axa mengarahkan motor beat tua ini ke Pepaya buat ketemu ayah dan cerita kejadian dua hari ini.
“Yah, semalam di stasiun UI Tha kehilangan sadar yah, oleng, jatoh kelempar dari kereta sampe ke peron, pas dicek kaki kirinya ada masalah sedikit, hehe. Ehhh barusan lagi bawa motor pelan gitu ditabrak taksi yah, ya ampun”
Yunno, bokap jawab apa? “Wih, kayaknya kurang dzikir tuh, makanya dimana-mana dzikir terus, ayah juga kalo lagi bawa kendaraan kelupaan dzikir ada aja yang kejadian nggak enaknya, di kereta juga daripada bengong harusnya dzikir terus, yakin deh dilindungin”
“Hmm, iya kayaknya ya. Kebetulan kemarin malem teh lemes banget balik dari rumah sakit dharmais, macet-macetan di transjakarta pula”
“iya, dibanyakin dzikirnya”
Hehe, ngerti kan apa pelajarannya.
Ada lagi nih pelajaran yang tersirat minggu ini, Axa lagi scroll timeline, lalu ngeliat ada followernya mas Alitt yang ngebahas soal Maria. Pikiran Axa langsung terbang ke cara pandang Maria. Apalagi kata-kata dia soal hobi, “nggak apa-apa uang kamu habis buat hobi, tapi pastikan hobi kamu itu bikin semangat buat kamu ngumpulin uang lagi, yang udah kamu habiskan buat hobi-hobi kamu itu”
Axa jadi kepikiran soal trip yang tinggal menghitung hari. 3 tahun ini, tiap bulan Mei ada trip yang perlu perhatian lebih karena ngeluarin uang tidak seperti tamasya standar. Nggak tau deh bagi orang lain mah, yang jelas bagi Axa nominal buat jalan-jalan Mei ini cukup cukup luar biasa. Dan dari nasehat tersirat kak Maria tsb, bikin Axa janji ke diri sendiri untuk melipatgandakan semangat setelah perjalanan Mei besok.
Janji ke diri sendiri untuk cari kerja lagi, menyusun semangat lagi, karena untuk sesuatu yang luar biasa (untuk hal ini hobi), kadang kita perlu berkorban lebih dari biasanya (untuk hal ini uang dan pekerjaan).
Kemarin Cici Odel (Tri jayanti) sempet ngeluh soal time-table dia yang berantakan, skripsi, meet up, dll. Kata dia nggak sesuai rencana awal. Axa cuma bisa ngefeedback “kalo bisa ditebak, bukan hidup namanya, tapi harus selalu bikin rencana” Soal di approve atau nggak sama tuhan, urusan belakangan. Dan lagi sebagai manusia harus selalu siap kalo proposal kita gak di approve sama tuhan, siap mental, dan siap strategi lain. Ajukan lagi, kalo gak di approve juga, bikin lagi proposal revisi, begitu terus sampe ketemu klik-Nya.
Belajar memaafkan diri sendiri saat ngalamin kegagalan juga. Maafin diri sendiri bukan berati kita nyerah kok. cuma kita tahu posisi dan kapasitas diri kita aja.

Selamat siang~

3 comments:

  1. coba cari tahu ttg kehidupan kedepan yg akan di alami,tentunya bukan ke tukang ramal tapi dari pedoman hidupmu yaitu kitab suci dan hadist

    ReplyDelete
  2. tak sadar kita selalu menyalahkan keadaan padahal kita makin hari harus makin waspada ttg kehidupan yang bakalan terjadi yg akan kita lewati

    ReplyDelete
  3. perjalanan hidup ada fasenya atau kurunnya atau umurnya dimana kita harus menyesuaikan tentunya dengan kaidah yang sdh di tunjukan di pegangan hidup kita

    ReplyDelete

 

Iftitah Axa Template by Ipietoon Cute Blog Design