Rasa Takut itu Manusiawi
Temen-temen dah pernah nonton film Inside Out
kan? Yap, film animasi yang psikologi banget itu, ah sumpah itu film keren
banget. Axa pribadi kasih nilai 9/10 buat film tsb. Kerennya lagi film itu
dikemas se-ringan dan seapik mungkin demi bisa diserap sama penontonnya. Axa
juga suka sama soundtrack di opening filmnya, hehe. Apasih.
Salah satu point dari film tersebut ngasih
tau jenis-jenis emosi apa saja yang pasti ada dalam diri tiap manusia. Ada 5
jenis emosi ; Bahagia, Sedih, Marah, Jijik, dan Takut.
Intro aja sih, dari lima jenis emosi tsb, intinya
mah kali ini Axa lagi mau ngobrol hanya tentang salah satu jenis emosi aja, namanya
‘Takut’.
Seberapa penting kah rasa Takut, menurutmu?
Kebetulan pertanyaan serupa sering banget dilempar sama bang Dochae awal-awal
inner aktif. Dan sejujurnya pertanyaan tsb sering banget muncul dalem hati sih.
Hanya saja buat ngejawab ke diri sendiri tuh agak susah. Makanya Axa butuh
kalian semua untuk teman bertukar pikiran tentang Seberapa penting rasa takut
itu.
Barusan habis diskusi sama mama soal masa
depan (berawal dari rasa takut), banyak hal nggak sejalan yang memicu obrolan
mama dan Axa nggak ketemu jalan tengahnya, jadi sepintas obrolan kami terdengar
layaknya perdebatan gitu. Untungnya kemarin ada input baru dari article yang
ditulis Ko Kei tentang Pemikiran Konservatif dan Progesif, akhirnya dengan
mudah Axa mutusin nyerah, dan mengalah. mungkin emang pola pemikiran orangtua
kita pasti begitu, kelak kita bakal ada di posisi sebagai orang tua juga, jadi
apa salahnya sekarang mendengarkan aja. Kalo mau ikutin cara orangtua silakan,
kalo punya cara lain yang menurut kita akan lebih cocok dengan kita ya monggo.
Tapi sampaikan dengan cara yang baik, jangan bikin orangtua sampe ngerasa
dibantah, sama-sama enak.
Kembali ke Seberapa penting kah rasa Takut?
Setiap orang di dalam dirinya punya jenis
emosi takut, wajar dan manusiawi. Misalnya; takut ditinggalkan, takut
kehilangan, takut kerusakan, takut kesepian, takut kegelapan, takut dianggap
buruk oleh oranglain, takut kehancuran, dan berbagai ketakutan lain.
Bagi Axa emosi Takut itu sangat penting dan
sangat dibutuhkan selama dalam skala wajar. Karena dengan adanya rasa takut
atau cemas, membuat manusia jadi lebih meningkatkan awareness, bikin manusia
jadi berpikir kreatif untuk punya tindakan preventive demi tidak terjadinya
hal-hal yang ditakuti tersebut. Iya nggak sih?
Contoh kecilnya; Karena takut terjadi
kebakaran, tersedialah lembaga pemerintah yang bertugas khusus seperti Pemadam
Kebakaran. Nggak hanya memadamkan api saat terjadi kebakaran, mereka juga punya
jadwal rutin penyuluhan kepada masyarakat bagaimana meminimalisir terjadinya
kebakaran, bagaimana apabila terjadi kebakaran kecil, mereka memperkenalkan
berbagai hal pemicu terjadinya kebakaran, memperkenalkan alat pemadam, dan
berbagai tindakan pencegahan sampai penanganan. Itu salah satu contoh.
Contoh kecil lagi, karena takut kesiangan
berangkat sekolah, akhirnya terpikir untuk pasang Alarm atau jadi ndak begadang.
Karena takut penjualan tersaingi kompetitor, jadi terus berinovasi bikin
produk-produk yang lebih baik lagi, meningkatkan pelayan dsbg lah. Kompetisi
menjadi pemicu inovasi. Nangkep kan ya guys?
Contoh lagi; karena takut obesitas, jadi terpikir
olahraga dan ngatur pola makan. Karena takut banjir, jadi ndak buang sampah
sembarangan dan rajin bersih-bersih. Karena takut terjadi mountain sickness
saat hiking, jadi rajin latihan fisik dan mementingkan safety procedures.
Karena takut nyasar di hutan, jadi download dan cari tahu aplikasi GPX Viewer
dan pastinya jadi menjaga teamwork saat melakukan perjalanan, hehe..
Hmm apalagi yah contohnya... Karena takut ada
razia kendaraan, jadi selalu periksa surat2 sebelum berangkat. Karena takut
handphone lowbat dan mati gaya, jadi bawa powerbank. Karena takut jerawat, jadi
rajin cuci muka. Karena takut hubungan sama pacar rusak, jadi saling
introspeksi.
Rasa takut bila kita lihat dari sudut pandang
positif, hasilnya akan positif. Akan ngebawa kita ke tindakan-tindakan
pencegahan. Tapi kalo kita gagal mengolah rasa takut tersebut, bisa juga
berdampak negatif. Contohnya; Karena takut anaknya terlibat Pergaulan bebas
atau terlibat kasus kriminal, jadi ngelarang anaknya bergaul sama
temen-temennya, hasilnya bukan bebas dari salah pergaulan malah jadi kuper anaknya.
itu contoh dari kurang tepatnya memilih cara mengolah rasa takut.
Padahal rasa takut itu alamiah, wajar,
manusiawi, datangnya dari tuhan. Tapi bagaimana kita mengambil sikap dan
mencari solusi, ya itu berawal dari cara kita menilai atau melihat suatu hal /
kasus, syukur-syukur kita semua dikasih jiwa yang tenang tiap kali dikasih task sama tuhan, jadi ndak mudah panik,
ndak gegabah, ceroboh yang ngerugikan kita juga nantinya. be wise ya teman.
Btw, bicara soal sikap tenang barusan, Axa
jadi keinget sama salah satu rekan kerja Axa waktu di Cileungsi, namanya
Pahjiar, Axa biasa panggil dia Ka Jiar. Haduh Axa belajar banyak dari sosok Ka
Jiar itu soal memposisikan diri, bersikap tenang dalam banyak situasi, Axa
salut sama teman Axa yang satu ini, langka.
Sebetulnya semua rekan kerja disana punya hal
hebat masing-masing di mata Axa. Hanya saja, kalo urusan bersikap tenang, Ka
Jiar lah guru buat Axa. Kebetulan Axa sering perhatikan detail temen-temen,
tiap ketemu masalah, bagaimana mereka berekspresi, bagaimana mereka bikin
kesimpulan, bagaimana mereka bertindak. 1 ½ tahun satu ruangan sama orang ini
bikin Axa kerja keras belajar mengatur diri jadi orang yang nggak mudah panik,
walaupun sesekali panik gak jelas tetap terjadi. Makanya Ka Jiar ini orang yang
paling sering Axa curhatin tentang apa aja, sembari kerja, hehe. Terima kasih
luar biasa atas ilmunya Ka Jiar, semoga segala kebaikan selalu berbalik ke diri
sendiri.
So, guys.. Menurut kalian seberapa penting
sih rasa takut itu? Menurutku, penting banget =D
Buat temen-temen yang senang berbagi ilmu,
Axa selalu menerima kritik dan saran yang membangun, arigatou :)
0 comments:
Post a Comment