Wednesday 23 March 2016

Rasa Takut itu Manusiawi

Temen-temen dah pernah nonton film Inside Out kan? Yap, film animasi yang psikologi banget itu, ah sumpah itu film keren banget. Axa pribadi kasih nilai 9/10 buat film tsb. Kerennya lagi film itu dikemas se-ringan dan seapik mungkin demi bisa diserap sama penontonnya. Axa juga suka sama soundtrack di opening filmnya, hehe. Apasih.
Salah satu point dari film tersebut ngasih tau jenis-jenis emosi apa saja yang pasti ada dalam diri tiap manusia. Ada 5 jenis emosi ; Bahagia, Sedih, Marah, Jijik, dan Takut.
Intro aja sih, dari lima jenis emosi tsb, intinya mah kali ini Axa lagi mau ngobrol hanya tentang salah satu jenis emosi aja, namanya ‘Takut’.
Seberapa penting kah rasa Takut, menurutmu? Kebetulan pertanyaan serupa sering banget dilempar sama bang Dochae awal-awal inner aktif. Dan sejujurnya pertanyaan tsb sering banget muncul dalem hati sih. Hanya saja buat ngejawab ke diri sendiri tuh agak susah. Makanya Axa butuh kalian semua untuk teman bertukar pikiran tentang Seberapa penting rasa takut itu.
Barusan habis diskusi sama mama soal masa depan (berawal dari rasa takut), banyak hal nggak sejalan yang memicu obrolan mama dan Axa nggak ketemu jalan tengahnya, jadi sepintas obrolan kami terdengar layaknya perdebatan gitu. Untungnya kemarin ada input baru dari article yang ditulis Ko Kei tentang Pemikiran Konservatif dan Progesif, akhirnya dengan mudah Axa mutusin nyerah, dan mengalah. mungkin emang pola pemikiran orangtua kita pasti begitu, kelak kita bakal ada di posisi sebagai orang tua juga, jadi apa salahnya sekarang mendengarkan aja. Kalo mau ikutin cara orangtua silakan, kalo punya cara lain yang menurut kita akan lebih cocok dengan kita ya monggo. Tapi sampaikan dengan cara yang baik, jangan bikin orangtua sampe ngerasa dibantah, sama-sama enak.
Kembali ke Seberapa penting kah rasa Takut?
Setiap orang di dalam dirinya punya jenis emosi takut, wajar dan manusiawi. Misalnya; takut ditinggalkan, takut kehilangan, takut kerusakan, takut kesepian, takut kegelapan, takut dianggap buruk oleh oranglain, takut kehancuran, dan berbagai ketakutan lain.
Bagi Axa emosi Takut itu sangat penting dan sangat dibutuhkan selama dalam skala wajar. Karena dengan adanya rasa takut atau cemas, membuat manusia jadi lebih meningkatkan awareness, bikin manusia jadi berpikir kreatif untuk punya tindakan preventive demi tidak terjadinya hal-hal yang ditakuti tersebut. Iya nggak sih?
Contoh kecilnya; Karena takut terjadi kebakaran, tersedialah lembaga pemerintah yang bertugas khusus seperti Pemadam Kebakaran. Nggak hanya memadamkan api saat terjadi kebakaran, mereka juga punya jadwal rutin penyuluhan kepada masyarakat bagaimana meminimalisir terjadinya kebakaran, bagaimana apabila terjadi kebakaran kecil, mereka memperkenalkan berbagai hal pemicu terjadinya kebakaran, memperkenalkan alat pemadam, dan berbagai tindakan pencegahan sampai penanganan. Itu salah satu contoh.
Contoh kecil lagi, karena takut kesiangan berangkat sekolah, akhirnya terpikir untuk pasang Alarm atau jadi ndak begadang. Karena takut penjualan tersaingi kompetitor, jadi terus berinovasi bikin produk-produk yang lebih baik lagi, meningkatkan pelayan dsbg lah. Kompetisi menjadi pemicu inovasi. Nangkep kan ya guys?
Contoh lagi; karena takut obesitas, jadi terpikir olahraga dan ngatur pola makan. Karena takut banjir, jadi ndak buang sampah sembarangan dan rajin bersih-bersih. Karena takut terjadi mountain sickness saat hiking, jadi rajin latihan fisik dan mementingkan safety procedures. Karena takut nyasar di hutan, jadi download dan cari tahu aplikasi GPX Viewer dan pastinya jadi menjaga teamwork saat melakukan perjalanan, hehe..
Hmm apalagi yah contohnya... Karena takut ada razia kendaraan, jadi selalu periksa surat2 sebelum berangkat. Karena takut handphone lowbat dan mati gaya, jadi bawa powerbank. Karena takut jerawat, jadi rajin cuci muka. Karena takut hubungan sama pacar rusak, jadi saling introspeksi.
Rasa takut bila kita lihat dari sudut pandang positif, hasilnya akan positif. Akan ngebawa kita ke tindakan-tindakan pencegahan. Tapi kalo kita gagal mengolah rasa takut tersebut, bisa juga berdampak negatif. Contohnya; Karena takut anaknya terlibat Pergaulan bebas atau terlibat kasus kriminal, jadi ngelarang anaknya bergaul sama temen-temennya, hasilnya bukan bebas dari salah pergaulan malah jadi kuper anaknya. itu contoh dari kurang tepatnya memilih cara mengolah rasa takut.
Padahal rasa takut itu alamiah, wajar, manusiawi, datangnya dari tuhan. Tapi bagaimana kita mengambil sikap dan mencari solusi, ya itu berawal dari cara kita menilai atau melihat suatu hal / kasus, syukur-syukur kita semua dikasih jiwa yang tenang tiap kali dikasih task sama tuhan, jadi ndak mudah panik, ndak gegabah, ceroboh yang ngerugikan kita juga nantinya. be wise ya teman.
Btw, bicara soal sikap tenang barusan, Axa jadi keinget sama salah satu rekan kerja Axa waktu di Cileungsi, namanya Pahjiar, Axa biasa panggil dia Ka Jiar. Haduh Axa belajar banyak dari sosok Ka Jiar itu soal memposisikan diri, bersikap tenang dalam banyak situasi, Axa salut sama teman Axa yang satu ini, langka.
Sebetulnya semua rekan kerja disana punya hal hebat masing-masing di mata Axa. Hanya saja, kalo urusan bersikap tenang, Ka Jiar lah guru buat Axa. Kebetulan Axa sering perhatikan detail temen-temen, tiap ketemu masalah, bagaimana mereka berekspresi, bagaimana mereka bikin kesimpulan, bagaimana mereka bertindak. 1 ½ tahun satu ruangan sama orang ini bikin Axa kerja keras belajar mengatur diri jadi orang yang nggak mudah panik, walaupun sesekali panik gak jelas tetap terjadi. Makanya Ka Jiar ini orang yang paling sering Axa curhatin tentang apa aja, sembari kerja, hehe. Terima kasih luar biasa atas ilmunya Ka Jiar, semoga segala kebaikan selalu berbalik ke diri sendiri.
So, guys.. Menurut kalian seberapa penting sih rasa takut itu? Menurutku, penting banget =D

Buat temen-temen yang senang berbagi ilmu, Axa selalu menerima kritik dan saran yang membangun, arigatou :)

0 comments:

Post a Comment

 

Iftitah Axa Template by Ipietoon Cute Blog Design