Thursday 2 February 2017

Budaya Merantau



Budaya Merantau
The Axa’s last post on 2016
Merantau adalah meninggalkan kampung halaman tempat kelahiran kita (kita?? Oke gue aja sama Jempol Kaki Ok_Taecyeonk), ke suatu tempat dengan tujuan dan kurun waktu tertentu. Itu definisi versi Axa ya, bukan menurut KBBI, haha.
Kebanyakan warga yang berasal dari daerah luar Jakarta, setelah menyelesaikan sekolah formal akan datang ke Jakarta. Dan memulai peruntungan sebagai perantau. Kalo sepenglihatan Axa (bukan based on data statistik yang valid) mayoritas perantau di Jakarta berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, sampe-sampe kalo orang suka bilang “orang Jawa mah tersebar dimana-mana”, di Google Translate aja sampe ada terjemahan untuk  bahasa Jawa, hehe. #Yhea #PentingBanget
Sedangkan kalo orang Jawa Barat (menurut pernyataan beberapa temen yang asli Jawa Barat alias Sundanese) prefer tetap bertahan di kampung halaman, fight di kampung sendiri. Eits, Axa ndak ada maksud rasis ya gengs!!
di Jakarta pula sudah terlihat dipenuhi sama pendatang asal Sumatera, kayak Lampung, Palembang, Padang, Medan, dll. Yang masih jarang Axa jumpai itu pendatang asal Indonesia Timur, juga asal Kalimantan dan Sulawesi (kayaknya) minoritas di Jakarta.
Kalo dah sampe tanah rantau Jakarta, urang kudu piye??? (apasih Xa, bahasa sunda campur jawa, hehe)
Setiba di Jakarta perantau ya tujuannya mencari hidup yang lebih baik. Sebagian memilih berkarir di perkantoran join di perusahaan, ada pula yang memilih berwirausaha. Salah satu andalan berwirausaha misalnya bisnis kuliner. Makanya orang-orang yang tinggal di Ibu Kota Indonesia ini tak perlu khawatir apabila ingin mencoba kuliner khas dari daerah mana saja saat di Ibu Kota.
Seluruh jenis makanan khas dari berbagai penjuru daerah di Nusantara bahkan Dunia bisa dengan mudah teman-teman jumpai. Karena orang-orang dari daerah yang mempunyai keahlian membuat makanan khas daerah mereka mulai fight untuk bertahan di Jakarta ya salah satunya dengan dagang. Ada masakan khas Padang yang sudah menjamur dimana-mana, ada Pempek khas Palembang, Nasi Kebuli khas Aceh, Batagor, Siomay, Martabak dan ratusan jenis jajanan khas dari Bandung, Sate dan Nasi Bebek khas Madura, Gudeg khas Jogja, dan baaaannyyakkkkk lagi jenis makanan khas yang berasal dari daerah di Nusantara. Semuanya hadir di Jakarta.
Kalo kuliner khas Internasional? Ada Ramen, Sushi, Takoyaki, Oppai, dll makanan khas Jepang yang sudah sangat terkenal masuk ke Indonesia. Ada Burger dari Amerika (CMIIW), ada Pizza dari Italy, lalu dari Korea Selatan ada Kimbap, Bibimbap, JajangMeon, Kimchi, dan makanan yang paling terkenalnya ada Bulgogi. Ah banyak deh pokoknya kalo jajanan khas Internasional.
Sebetulnya tulisan kali Axa ingin diskusi sesuai gagasan utama di atas. Apa? Iya, Merantau.
Lalu kenapa Axa langsung bicara tentang bisnis Kuliner? dangkal aja, karena bisnis kuliner (IMO) merupakan salah satu bisnis yang paling sering diandalkan oleh para pejiwa bisnis untuk memulai bisnis di awal. Dengan budget yang beragam dan skill yang level menengah –pun kayaknya setiap pejiwa bisnis bisa dengan cepat belajar terjun di bisnis tersebut. Ketimbang bisnis (misalnya) bisnis percetakan, bisnis laundry kiloan, bisnis salon, bisnis property, hehehe. Ya iyalah bisnis-bisnis yang barusan mah modalnya (relatif) besar dan butuh dipelajari lebih lama sebelum memulai.
Kalo jualan makanan kan relatif lebih kecil modalnya. Apalagi kalo misalnya kita punya garasi rumah yang tidak terpakai, bisa tuh dimanfaatkan, daripada harus sewa lahan. Temen-temen bisa lihat rumah-rumah di Kota Wisata Cibubur, atau di Kemang, dll. Kalo cuma mau jualan kecil-kecilan kan bisa memanfaatkan jam pulang kantor. Bisa jualan mie rebus ala-ala, pisang goreng, roti bakar, dan aneka kopi. Apalagi kalo rumah kalian deket keramaian seperti pemancingan atau kebetulan di tempat nongkrong anak-anak sekolah (kayak sekitaran kampus Gunadarma Kelapa Dua Depok). Wah seru tuh, daripada ngegalau gak jelas, mending dagang sederhana kayak gitu bukan? Hehe.
Dan juga, semakin hari makin banyak tuh owner brand makanan/jajanan yang menawarkan kerjasama waralaba. Jadi temen-temen yang pengen bisnis kuliner tapi masih bingung mau jualan apa. Bisa coba frenchise. Selain alat dagang dan resep bahan makanan, bahkan si pemilik brand kebanyakan sudah paket lengkap dengan training mp, hitung-hitungan proyeksi laba rugi untuk mempermudah kita.
Itu hanya beberapa opsi bagi para perantau untuk bisa survive di kota orang. Apalagi buat yang masih muda-muda kayak gue kita gini, energi masih banyak.
Nah, tadi Axa lagi melamun tiba-tiba kepikiran soal rencana merantau duet sama sahabat segala medan (@Trijayanti). Kita belum tahu pasti akan kemana (sebetulnya udah tau). Dengan sharing seperti ini at least kita akan pergi dalam keadaan sadar dan penuh persiapan. Nabung dari sekarang seperak-duaperak. Dan tentunya kami akan melawan arus toh. When, orang-orang dari daerah berbondong-bondong mencoba peruntungan di Ibu Kota. Kami malah dengan usil-nya pergi merantau ke daerah. Bisa disebut antimainstream, bisa disebut bodoh. Depends, dari sudut pandang mana kita melihatnya.
Axa cukup percaya sama 4 elemen penentu ini -> Content, Partner, Tools, and Place. Kalo ke 4 elemen itu dah oke, mudah-mudahan rencana berjalan lancar. Gak hanya untuk memulai usaha/bisnis dan studi,  dalam hal traveling –pun gue berusaha si keempat elemen itu harus dipikirkan matang-matang, supaya ada value dari tiap apa-apa yang kita lakuin, sekecil apapun itu.
Ah iya gengs, 3 hari lagi kita meninggalkan tahun 2016 loh. Gimana self target temen-temen di tahun ini? Sudah ter-realisasi semua kah? Kalo masih ada yang belum ceklist, masukin ke self target di 2017 ya, jangan belaga lupa sama janji ke diri sendiri, karena itu sangat berpengaruh ke pembentukan mental dan karakter kita. Kalo janji sama diri sendiri aja kalian lupa-lupain, apa kabar janji sama anak orang? Janji sama Tuhan?
Kayaknya tulisan Merantau ini juga jadi postingan terakhir Axa di 2016. Semoga di 2017 kita semua lebih baik lagi, makin seneng berbagi dalam hal apapun, belajar lebih giat lagi, makin bisa membahagiakan diri sendiri and all around, lebih punya semangat dan energi, lebih bisa toleransi ke sesama makhluk Tuhan, lebih bisa memaafkan diri sendiri dan orang lain, lebih bisa mengelola emosi, lebih bisa menyelesaikan konflik, makin berguna untuk sesama, lebih banyak mendengarkan ketimbang protes, makin punya banyak mimpi dan upaya to-make-the-dream-come-true, makin banyak menciptakan perubahan baik, lebih bisa mengekspresikan diri, makin kreatif dan inovatif, menginspirasi dari hal-hal kecil sekalipun, be wise, openminded, penuh cinta dan kasih sayang, makin seru dan asik lah pokoknya. Yang terpenting, semakin dekat dan akrab sama Tuhan.
And the last, Axa mau ucapin terimakasih yang sedalam-dalamnya di 2016 yang luar biasa banget ini. Pertama kepada Tuhan YME, exactly. Buat keluarga especially Ayah, Mama dan kedua abang Axa juga sahabat segala medan (Cici Odel @Trijayanti), buat sahabat-sahabat (kayak banyak ajeee sahabatnye bos), buat WG yang ngasih warna baru buat gue, buat perusahaan tempat gue kerja saat ini yang mempercayakan gue di bidang yang belum pernah gue coba yaitu staff SDM, yang secara ndak langsung menuntut gue untuk jadi seorang yang jaim (jaga image) and be a decisions maker. Juga untuk Bu Susan yang ngasih banyakkkkk banget ilmu baru tentang kehidupan. Thanks juga untuk genk Semut Gunung yang sudah menemaniku menapakkan kaki di The Highest Volcanos of Indonesia di Mei 2016 lalu. Buat genk teranyar Rakyat Jelata yang penuh pahit manis asam garam, wkwk. Dan semua orang yang berkontribusi mendewasakan Axa, dengan cara kalian yang unik-unik. Semoga kita semua jadi pribadi yang makin baik di 2017 dan seterusnya, aamiin.

With love,
Axa

0 comments:

Post a Comment

 

Iftitah Axa Template by Ipietoon Cute Blog Design