Budaya Merantau
The
Axa’s last post on 2016
Merantau
adalah meninggalkan kampung halaman tempat kelahiran kita (kita?? Oke gue aja
sama Jempol Kaki Ok_Taecyeonk),
ke suatu tempat dengan tujuan dan kurun waktu tertentu. Itu definisi versi Axa
ya, bukan menurut KBBI, haha.
Kebanyakan
warga yang berasal dari daerah luar Jakarta, setelah menyelesaikan sekolah
formal akan datang ke Jakarta. Dan memulai peruntungan sebagai perantau. Kalo
sepenglihatan Axa (bukan based on data statistik yang valid) mayoritas perantau
di Jakarta berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, sampe-sampe kalo orang suka
bilang “orang Jawa mah tersebar
dimana-mana”, di Google Translate aja sampe ada terjemahan untuk bahasa Jawa, hehe. #Yhea #PentingBanget
Sedangkan
kalo orang Jawa Barat (menurut pernyataan beberapa temen yang asli Jawa Barat
alias Sundanese) prefer tetap
bertahan di kampung halaman, fight di kampung sendiri. Eits, Axa ndak ada
maksud rasis ya gengs!!
di
Jakarta pula sudah terlihat dipenuhi sama pendatang asal Sumatera, kayak
Lampung, Palembang, Padang, Medan, dll. Yang masih jarang Axa jumpai itu
pendatang asal Indonesia Timur, juga asal Kalimantan dan Sulawesi (kayaknya)
minoritas di Jakarta.
Kalo
dah sampe tanah rantau Jakarta, urang
kudu piye??? (apasih Xa, bahasa sunda campur jawa, hehe)
Setiba
di Jakarta perantau ya tujuannya mencari hidup yang lebih baik. Sebagian
memilih berkarir di perkantoran join di perusahaan, ada pula yang memilih
berwirausaha. Salah satu andalan berwirausaha misalnya bisnis kuliner. Makanya orang-orang
yang tinggal di Ibu Kota Indonesia ini tak perlu khawatir apabila ingin mencoba
kuliner khas dari daerah mana saja saat di Ibu Kota.
Seluruh
jenis makanan khas dari berbagai penjuru daerah di Nusantara bahkan Dunia bisa
dengan mudah teman-teman jumpai. Karena orang-orang dari daerah yang mempunyai
keahlian membuat makanan khas daerah mereka mulai fight untuk bertahan di
Jakarta ya salah satunya dengan dagang. Ada masakan khas Padang yang sudah
menjamur dimana-mana, ada Pempek khas Palembang, Nasi Kebuli khas Aceh,
Batagor, Siomay, Martabak dan ratusan jenis jajanan khas dari Bandung, Sate dan
Nasi Bebek khas Madura, Gudeg khas Jogja, dan baaaannyyakkkkk lagi jenis
makanan khas yang berasal dari daerah di Nusantara. Semuanya hadir di Jakarta.
Kalo
kuliner khas Internasional? Ada Ramen, Sushi, Takoyaki, Oppai, dll makanan khas
Jepang yang sudah sangat terkenal masuk ke Indonesia. Ada Burger dari Amerika
(CMIIW), ada Pizza dari Italy, lalu dari Korea Selatan ada Kimbap, Bibimbap,
JajangMeon, Kimchi, dan makanan yang paling terkenalnya ada Bulgogi. Ah banyak
deh pokoknya kalo jajanan khas Internasional.
Sebetulnya
tulisan kali Axa ingin diskusi sesuai gagasan utama di atas. Apa? Iya,
Merantau.
Lalu
kenapa Axa langsung bicara tentang bisnis Kuliner? dangkal aja, karena bisnis
kuliner (IMO) merupakan salah satu bisnis yang paling sering diandalkan oleh
para pejiwa bisnis untuk memulai bisnis di awal. Dengan budget yang beragam dan
skill yang level menengah –pun kayaknya setiap pejiwa bisnis bisa dengan cepat
belajar terjun di bisnis tersebut. Ketimbang bisnis (misalnya) bisnis percetakan,
bisnis laundry kiloan, bisnis salon, bisnis property, hehehe. Ya iyalah
bisnis-bisnis yang barusan mah modalnya (relatif) besar dan butuh dipelajari lebih
lama sebelum memulai.
Kalo
jualan makanan kan relatif lebih kecil modalnya. Apalagi kalo misalnya kita
punya garasi rumah yang tidak terpakai, bisa tuh dimanfaatkan, daripada harus
sewa lahan. Temen-temen bisa lihat rumah-rumah di Kota Wisata Cibubur, atau di
Kemang, dll. Kalo cuma mau jualan kecil-kecilan kan bisa memanfaatkan jam
pulang kantor. Bisa jualan mie rebus ala-ala, pisang goreng, roti bakar, dan
aneka kopi. Apalagi kalo rumah kalian deket keramaian seperti pemancingan atau
kebetulan di tempat nongkrong anak-anak sekolah (kayak sekitaran kampus
Gunadarma Kelapa Dua Depok). Wah seru tuh, daripada ngegalau gak jelas, mending
dagang sederhana kayak gitu bukan? Hehe.
Dan
juga, semakin hari makin banyak tuh owner brand makanan/jajanan yang menawarkan
kerjasama waralaba. Jadi temen-temen yang pengen bisnis kuliner tapi masih
bingung mau jualan apa. Bisa coba frenchise. Selain alat dagang dan resep bahan
makanan, bahkan si pemilik brand kebanyakan sudah paket lengkap dengan training
mp, hitung-hitungan proyeksi laba rugi untuk mempermudah kita.
Itu
hanya beberapa opsi bagi para perantau untuk bisa survive di kota orang.
Apalagi buat yang masih muda-muda kayak gue kita gini, energi masih
banyak.
Nah,
tadi Axa lagi melamun tiba-tiba kepikiran soal rencana merantau duet sama sahabat segala medan
(@Trijayanti). Kita belum tahu pasti akan kemana (sebetulnya udah tau). Dengan
sharing seperti ini at least kita akan pergi dalam keadaan sadar dan penuh
persiapan. Nabung dari sekarang seperak-duaperak. Dan tentunya kami akan melawan
arus toh. When, orang-orang dari daerah berbondong-bondong mencoba peruntungan
di Ibu Kota. Kami malah dengan usil-nya
pergi merantau ke daerah. Bisa disebut antimainstream, bisa disebut bodoh.
Depends, dari sudut pandang mana kita melihatnya.
Axa
cukup percaya sama 4 elemen penentu ini -> Content, Partner, Tools, and
Place. Kalo ke 4 elemen itu dah oke, mudah-mudahan rencana berjalan lancar. Gak
hanya untuk memulai usaha/bisnis dan studi, dalam hal traveling –pun gue berusaha si
keempat elemen itu harus dipikirkan matang-matang, supaya ada value dari tiap apa-apa yang kita lakuin,
sekecil apapun itu.
Ah
iya gengs, 3 hari lagi kita meninggalkan tahun 2016 loh. Gimana self target temen-temen
di tahun ini? Sudah ter-realisasi semua kah? Kalo masih ada yang belum ceklist,
masukin ke self target di 2017 ya, jangan belaga lupa sama janji ke diri
sendiri, karena itu sangat berpengaruh ke pembentukan mental dan karakter kita.
Kalo janji sama diri sendiri aja kalian lupa-lupain, apa kabar janji sama anak
orang? Janji sama Tuhan?
Kayaknya
tulisan Merantau ini juga jadi postingan terakhir Axa di 2016. Semoga di 2017
kita semua lebih baik lagi, makin seneng berbagi dalam hal apapun, belajar
lebih giat lagi, makin bisa membahagiakan diri sendiri and all around, lebih
punya semangat dan energi, lebih bisa toleransi ke sesama makhluk Tuhan, lebih
bisa memaafkan diri sendiri dan orang lain, lebih bisa mengelola emosi, lebih
bisa menyelesaikan konflik, makin berguna untuk sesama, lebih banyak
mendengarkan ketimbang protes, makin punya banyak mimpi dan upaya to-make-the-dream-come-true, makin
banyak menciptakan perubahan baik, lebih bisa mengekspresikan diri, makin
kreatif dan inovatif, menginspirasi dari hal-hal kecil sekalipun, be wise,
openminded, penuh cinta dan kasih sayang, makin seru dan asik lah pokoknya.
Yang terpenting, semakin dekat dan akrab sama Tuhan.
And
the last, Axa mau ucapin terimakasih yang sedalam-dalamnya di 2016 yang luar
biasa banget ini. Pertama kepada Tuhan YME, exactly. Buat keluarga especially Ayah,
Mama dan kedua abang Axa juga sahabat segala medan (Cici Odel @Trijayanti),
buat sahabat-sahabat (kayak
banyak ajeee sahabatnye bos), buat WG yang ngasih warna baru
buat gue, buat perusahaan tempat gue kerja saat ini yang mempercayakan gue di
bidang yang belum pernah gue coba yaitu staff SDM, yang secara ndak langsung
menuntut gue untuk jadi seorang yang jaim
(jaga image) and be a decisions maker. Juga untuk Bu Susan yang ngasih
banyakkkkk banget ilmu baru tentang kehidupan. Thanks juga untuk genk Semut
Gunung yang sudah menemaniku menapakkan kaki di The Highest Volcanos of Indonesia di Mei 2016 lalu. Buat genk
teranyar Rakyat Jelata yang penuh pahit manis asam garam, wkwk. Dan semua orang
yang berkontribusi mendewasakan Axa, dengan cara kalian yang unik-unik. Semoga
kita semua jadi pribadi yang makin baik di 2017 dan seterusnya, aamiin.
With love,
Axa
0 comments:
Post a Comment