Ini menjadi
resignation kedua di hidup gue. Pertama resign dari pekerjaan setelah hampir 3
tahun di Cileungsi. Lalu ini adalah resign kedua, setelah sekian waktu di Bijak Bogor.
Yang jelas dari
segala jenis perpindahan, salah satu yang bikin malas adalah proses berkemas,
berbenah, kemudian pindah dan adaptasi di jenis kehidupan baru apapun itu.
Semua hal yang menjebak kita dalam zona nyaman, yang indikasinya itu. Kita jadi
terlalu hati-hati dan urung ambil resiko.
Sama seperti
sebuah hubungan relationship, anggaplah pacaran. Tidak sedikit orang yang
terlalu maksa tetap tinggal di suatu hubungan yang tidak sehat, entah pasangan
yang over protect, abusive, dan apa saja lah. Tidak sedikit dari kita yang
enggan bikin keputusan untuk change the route. Alasannya kebanyakan sama; sudah
terlanjur nyaman. Nyaman di hubungan yang gak sehat? Mana mungkin. Yang ada
kita itu malas berkemas, berbenah, dan adaptasi lagi dengan hubungan baru. That’s
it.
Eh itu
berdasarkan pengalaman sekitar, yang gue rangkum aja ya. Gak ada maksud
mengeneralisir. Toh gue ngerti setiap orang punya point of view masing-masing
yang dilatarbelakangi oleh berbagai kejadian pengalaman, dll.
Bicara soal
berkembang pun, masih ada kaitannya dengan kegiatan-kegaiatan baru yang gue
lewati beberapa waktu belakangan ini. Setelah kira-kira setahun jadi ketua PR
di komunitas cewek-cewek yang doyan main ke gunung, di tahun ini gue tergabung
di komunitas psikologi gitu. Salah satu bidang yang gue seneng dari jaman
sekolah. Tapi berhubung kuliah psikologi itu urutan kedua termahal setelah
kuliah kedokteran. Yaa duitnya teuing dari mana, hehe. Tapi dari gabung dengan
komunitas ini, sedikit banyak gue dapetin ilmu-ilmu yang dari dulu gue penasaran.
Gue ngerasa semua yang terjadi di muka bumi ini berkaitan sama apa yang
dipikirkan manusia. Makanya jelas ilmu psikologi itu sangat penting, dan
menyenangkan untuk dipelajari. Tentang jalan pikiran manusia, salah satunya. Kan
Allah berfirman; “Aku adalah apa yang hambaku pikirkan”. Yap.. tuhan aja bilang
gitu. Semua yang terjadi itu berawal dari pikiran manusia, meskipun yang
menentukan tetap Tuhan oge ceunah.
Seru aja,
belajar soal asal muasal belief kita, pengaruhnya ke fisik gimana. Belajar analisa
tulisan tangan, belajar persuasi, belajar ngebaca jalan pikiran orang, dan
banyak lagi. Semoga dompet ngedukung terus buat belajar ini belajar itu. Karena
menuntut ilmu itu salah satu ajakan Nabi Muhammad SAW, “tuntutlah ilmu hingga
ke negeri cina.”
Dan lagi belajar
itu gak harus formal di lembaga. Belajar itu bisa dari mana aja. Dari alam
misalnya, ke gunung, ke laut, ke Goa, ke hutan, dan banyak lagi media belajar.
Semoga kita termasuk orang-orang senantiasa rendah hati dan selalu ingin
belajar. Hanya orang-orang sombong nan ngerasa hebat yang malas belajar. Keep
learning and spread the spirit!!
Ngomong-ngomong kenapa
pembicaraan gue nyimpang dari judul postingan ya?! Hehe. Gakpapa, yang penting
jomblo~
Bicara soal
resign. Resign kali ini (pun) bikin seluruh warga kantor gue heboh rame. Terutama
supervisor gue. Doi riskan banget kalo jobdesk gue selanjutnya dikerjakan sama
orang lain lagi. Mungkin karena Bu Hesti sudah klik dan terlanjur percaya sama
gue. Karena kerjaan gue sifatnya rahasia (ngitung gaji, lembur, bpjs, dll)
pokoknya berhubungan sama database karyawan oge. Makanya doi riweuh begitu gue
menyodorkan surat resign. Nah itu, kenapa gue tadi bahas soal ‘Terlanjur Nyaman’.
Yang dialamin bu hesti ke gue itu slah satu bentuk terlanjur nyaman. Doi bahkan
menawarkan gue cuti satu bulan karena dia rasa gue mungkin jenuh. But, life
must go on. Gue sempet meleleh sama tawaran cuti sebulan. Lah gue mah apa atuh.
Makanya kaget sebegitunya ditahan. Bahkan sama kepala unit LC ini. Hmm, lagi
lagi gue sedang proses belajar konsisten sama apa yang gue pilih. Makanya
dengan penuh pertimbangan gue jawab tidak. Saya tetap dengan pilihan saya. Because
we are the decision maker, so make your own. Itu yang sering gue bilang untuk
diri gue sendiri. Hoah~
Lastday gue
tanggal 20 April 2017 di kantor ini. Masih ada waktu sekitar sebulan untuk
serah terima yang rapi. Itu salah satu bentuk tanggung jawab yang harus
diselesaikan. Semoga ini pilhan tepat (lagi).
0 comments:
Post a Comment