Sabtu
malam, South of Barcelona
Pipinya
menempel di meja coffee shop yang sampai nyaris tengah malam masih nampak riuh
ramai oleh pengunjung. Para penikmat malam
sengaja datang menghabiskan waktu akhir pekan, sambil menikmati gemerlapnya suasana
kota bersama kerabat. Tidak dengan Kukuh yang hanya duduk sendiri sejak sore
tadi.
Ditemani
segelas Manchada. Ia masih
hanyut mengetuk ngetuk dua benda keramat
yang mengganggu pikirannya sejak tujuh
tahun silam. Sekelebat
kenangan obrolan hangat di gubuk belakang rumah bersama ibu, terlintas begitu
saja. Semakin jelas.
“Kenapa
aku perlu ini bu? Kenapa kaum kita perlu benda ini? Sejujurnya aku tak suka
harus selalu membawanya dalam tasku”.
“Segitu
sombongnya kah kau puteriku?” tanggap ibu halus.
“Kenapa
sombong ibu? Apa kaitannya dengan lipstick dan pensil alisku?”